Pengaruh
pergeseran kebijakan secara permanen akan berdampak pada 2 hal yaitu
mempengaruhi nilai suatu instrumen kebijakan pemerintah dan juga mempengaruhi
kurs dalam jangka panjang. Dampak yang kedua menjadifokus perhatian karena
perubahan kurs jangka panjang akan mempengaruhi perkiraan atau harapan kurs dimasa
mendatang. Karena perubahan perkiraan tersebut sanagt berpengaruh terhadap kurs
jangka pendek yang tengah berlaku, maka akibat dari pergeseran kebijakan secara
permanen akan sangat berbeda dengan dampak yang ditimbulkan oleh pergeseran
kebijakan secara temporer.
Untuk memahami
bagaimana dampak jangka panjang yang ditimbulkan adanya pergeseran kebijakan
secara permanen, terlebih dulu kita harus mengasumsikan bahwa perekonomian pada
awalnya berada pada posisi keseimbangan jangka panjang dan konsidi lainnya
tetap(cateris paribus). Dengan asumsi yang demikian maka perekonomian pada
awalnya berada pada kondisi full employment dengan kurs jangka panjang yang
baik dan tidak disertai perubahan perkiraan kurs, selain itu ada satu hal lain
yang perlu di ingat bahwa pada awalnya suku bunga domestik sama dengan suku
bunga luar negeri(R=R*).
Kenaikan
Penawaran Uang Secara Permanen
Kenaikan
penawaran uang, meskipun bersifat temporer tetap saja mengakibatkan
keseimbangan pasar aset bergeser ke atas. Tetapi jika kenaikan penawaran
bersifat permanen maka hal ini tidak hanya membawa pengaruh terhadap
keseimbangan pasar aset, tetapi juga akan mempengaruhi perkiraan kurs dimasa
mendatang. Karena kenaikan penawaran secara permanen menyebabkan keseimbangan
pasar aset bereser ke atas, maka hal ini akan mengakibatkan kenaikan kurs
secara proporsional, dan karena hal inilah yang juga mengakibatkan perkiraan
kurs dimasa mendatang meningkat secara proporsional.
Karena kenaikan penawaran yang bersifat permanen
diiringi dengan kenaikan perkiraan kurs dimasa mendatang, maka pergeseran ke
atas dari titik AA1 ke titik AA2 akan lebih besar dari
pada pergeseran yang ditimbulkan oleh kenaikan yang sama besarnya namun hanya
bersifat sementara. Pada titik keseimbangan yang baru, yaitu pada titik 2
kenaikan Y dan E lebih tinggi jika dibandingkan dengan kenaikan Y dan E yang
berasal dari kenaikan penawaran uang yang bersifat temporer (titik 3).
Proses Penyesuaian Terhadap Kenaikan Penawaran Uang
Secara Permanen
Kenaikan penawaran uang yang bersifat permanen,
ternyata tidak diseimbangkan kembali oleh bank sentral, oleh karena itu,
bagaimana dampaknya ke depan masih dipertanyakan. Pada kurva diatas, titik 2
merupakan titik keseimbangan di atas tingkat full employment yang berarti
mesindan manusia bekerja lembur, tingkat harga akan terdorong karena para
pekerja menuntut kenaikan upah dan para produsenpun akan menaikkan harga untuk
menutupi peningkatan biaya produksi. Meski kenaikan penawaran uang akan
sebanding dengan harga-arga nominal, namun hal ini tetap berpengaruh terhadap
output. Adanya tekanan inflasi yang muncul setelah adanya kenaikan penawaran
uang secara permanen akan mendorong tingkat harga menuju nilai jangka
panjangnya yang baru dan mengembalikan perekonomian ke kondisi full employent.
Untuk memahami
proses penyesuaian kembali pada kondisi full employment perhatikan kurva
diatas. Bila kondisi output lebih besar dari pada tingkat full employment(YF),
dan faktor-faktor produksi bekerja lembur, tingkat harga atau Pakan meningkat
untuk mengimbangi peningkatan biaya produksi. Meskipun kurva AA dan DD di
dasarkan pada asumsi bahwa tingkat harga selau konstan, bisa dilihat pada kurva
diatas bahwa kenaikan harga(P) disebabkan oleh pergeseran kedua kurva itu.
Kenaikan P akan membuat produk domestik relatif lebih mahal dari pada produk
luar negeri sehingga hal ini akan melesukan ekspor dan lebih mendorong impor.
Adanya kenaikan harga menyebabkan pergeseran kurva DD1, dan karena hal ini kenaikan tingkat harga
secara terus-menerus akan mengurangi permintaan uang riil sehingga keseimbangan
AA2 juga akan bergeser ke kiri. Keseimbangan AA dan DD akan berhenti
bergeser apabila sudah mencapai titik full emlployment(YF) dengan catatan tingkat output yang terjadi
berbeda dengan YF sehingga harga akan terus berubah dan mendorong
keseimbangan pada titik 3. Meskipun keseimbangan tidak sepenuhnya bergeser ke
posisi semula yang disebabkan E secara permanen sudah lebih tinggi setelah
terjadinya kenaikan secara permanen dalam penawaran uang, persentase kenaikannya
akan sebanding dengan persentase kenaikan penawaran uang.
Jika
diperhatikan dengan seksama sepanjang jalur penyesuaian antara keseimbangan
jangka pendek (pada titik 2) dan keseimbangan jangka panjang(titik 3), bisa
dilihat mata uang dalam negeri mengalami apresiasi. Kondisi seperti in disebut
dengan fenomena lonjakan kurs yakni tanggapan awal yang diberikan oleh kurs
terhadap suatu perubahan lebih besar dari pada dampak jangka panjangnya.
Ekspansi Fiskal
yang Permanen
Ekspansi fiskal
yang permanen akan menimbulkan dampak langsung terhadap pasar output, dan juga
akan mempengaruhi pasar aset melalui perkiraan kurs jangka pendek
Sebagai akibat
adanya ekspansi fiskal yang permanen, perkiraan kurs akan berubah dan
menyebabkan pergeseran dari AA1 ke AA2. Serta membuat DD1
bergeser ke kanan. Ha ini akan mempengaruhi output, jika perekonomian pada
awalnya berada pada keseimbangan jangka panjangnya. Sedangkan ekspansi fiskal
temporer yang sama besarnya dengan ekspansi fiskal permanen akan mendorong
perekonomian menuju titik keseimbangan 3. Dari gambaran kurva diatas diketahui
bahwa ekspansi fiskal sebenarnya tidak memi berikuberi pengaruh yang berarti
terhadap output, dengan logika seperti berikut:
1.
Tahap pertama, karena ekspansi fiskal
tidak mempengaruhi penawaran uang, maka tingkat hara jangka panjang tidak akan
terpengaruh.
2.
Tahap kedua, adanya asumsi bahwa keadaan
perekonomian pada awalnya adalah berada pada keseimbangan jangka panjang dimana
suku bunga domestik akan sama dengan suku bunga luar negeri yang dibarengi
dengan output yang sama dengan YF. Perlu juga diperhatikan bahwa
ekspansi fiskal tidak akan mengubah penawaran uang riil baik secara numerik
maupun relatif.
3.
Di misalkan output naik hingga melebihi
kondisi full employment, karena dalam jangka pendek penawaran uang riil tidak
mengalami perubahan sedangkan suku bunga domestik akan melampaui suku bunga
luar negeri untuk mempertahankan keseimbangan dalam pasar uang. Sebagai akibat
tidak berubahnya suku bunga luar negeri, maka setiap kenaikan output di atas
full employment akan menimbulkan depresiasi di dalam negeri.
4.
Ada yang salah dari kesimpulan berikut:
tingkat harga jangka panjang tidak terpengaruh oleh ekspansi fiskal, sehingga
masyarakat akan memperkirakan terjadinya depresiasi nominal mata uang domestik
yang erhubungan dengan adanya perubahan kebijakan tersebut apabila mata uang
itu mengalami depresiasi riil seiring dengan kembalinya perekonomian ke titik keseimbangan
jangka panjangnya. Depresiasi riil seperti ini, yang membuat produk-produk
domestik relatif murah, hanya akan mempengaruhi kondisi over employment, dan
hal ini pun akan menghambat kembalinya perekonomian ke kondisi full employment.
5.
Tahap terakhir, dapat disimpulkan bahwa
kontradiksi yang muncul hanya akan teratasi jika tingkat output sama sekali
tidak akan berubah setelah terjadinya perubahan kebijakan fiskal. Sehingga
satu-satunya hal yang terjadi adalah apresiasi mata uang secara seketika menuju
nilai jangka panjang terbaru .
Jadi, seandainya
perekonomian yang bermula dari kondisi keseimbangan jangka panjang. Suatu
perubahan permanen dalam kebijkaan fiskal pastinya tidak akan mempengaruhi
output tetapi hal ini menimbulkan lonjakan kurs yang permanen secara seketika
yang kemudian akan mengurangi dan mengimbangi dampak langsung yang ditimbulkan
oleh perubahan kebijakan fiskal terhadap tingkat permintaan agregat.