A. Pendahuluan
1.
Pengertian
CTL
Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan proses pembelajaran yang bertujuan membantu
siswa untuk memahami makna materi ajar dengan mengaitkannya terhadap konteks
kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural), sehingga
siswa memiliki pengetahuan/ ketrampilan yang dinamis dan fleksibel untuk
mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya.
2.
Komponen
CTL
a.
Konstruktivisme
Pembelajaran konstruktivisme menekankan terbangunnya
pemahaman sendiri secara aktif, kreatif dan produktif berdasarkan pengetahuan
terdahulu dan dari pengalaman belajar yang bermakna. Pengetahuan bukanlah
serangkaian fakta, konsep dan kaidah yang siap dipraktekkan, melainkan harus
dkonstruksi terlebih dahulu dan memberikan makna melalui pengalaman nyata.
Karena itu siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu
yang berguna bagi dirinya, dan mengembangkan ide-ide yang ada pada dirinya.
b.
Bertanya
Bertanya dalam pembelajaran CTL dipandang sebagai upaya
guru yang bisa mendorong siswa untuk mengetahui sesuatu, mengarahkan siswa
untuk memperoleh informasi, sekaligus mengetahui perkembangan kemampuan
berfikir siswa. Pada sisi lain, kenyataan menunjukkan bahwa pemerolehan
pengetahuan seseorang selalu bermula dari bertanya.
c.
Inkuiri
Kegiatan ini diawali dari pengamatan terhadap fenomena,
dilanjutkan dengan kegiatan-kegiatan bermakna untuk menghasilkan temuan yang
diperoleh sendiri oleh siswa. Dengan demikian pengetahuan dan keterampilan yang
diperoleh siswa tidak dari hasil mengingat seperangkat fakta, tetapi hasil
menemukan sendiri dari fakta yang dihadapinya.
d. Learning
community
Komponen ini menyarankan bahwa hasil belajar sebaiknya
diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Hasil belajar bisa diperoleh
dengan sharing antar teman, antarkelompok, dan
antara yang tahu kepada yang tidak tahu, baik di dalam maupun di luar kelas.
Karena itu pembelajaran yang dikemas dalam diskusi kelompok dengan anggota
heterogen dan jumlah yang bervariasi sangat mendukung komponen learning community.
e.
Pemodelan
Pembelajaran keterampilan dan
pengetahuan tertentu diikuti dengan model yang bisa
ditiru siswa. Model yang dimaksud bisa berupa pemberian contoh, misalnya cara
mengoperasikan sesuatu, menunjukkan hasil karya, mempertontonkan suatu
penampilan. Cara pembelajaran semacam ini akan lebih cepat dipahami siswa dari
pada hanya bercerita atau memberikan penjelasan kepada siswa tanpa ditunjukkan
modelnya atau contohnya.
f.
Penilaian
yang autentik
Komponen yang merupakan ciri khusus dari pendekatan
kontekstual adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan
gambaran atau informasi tentang perkembangan pengalaman belajar siswa. Gambaran
perkembangan pengalaman siswa ini perlu diketahui guru setiap saat agar bisa
memastikan benar tidaknya proses belajar siswa. Dengan demikian, penilaian
autentik diarahkan pada proses mengamati, menganalisis, dan menafsirkan data
yang telah terkumpul ketika atau dalam proses pembelajaran siswa berlangsung,
bukan semata-mata pada hasil pembelajaran.
g.
Refleksi
Dengan memikirkan apa yang baru saja dipelajari,
menelaah, dan merespons semua kejadian, aktivitas, atau pengalaman yang terjadi
dalam pembelajaran, bahkan memberikan masukan atau saran jika diperlukan, siswa
akan menyadari bahwa pengetahuan yang baru diperolehnya merupakan pengayaan
atau bahkan revisi dari pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Kesadaran
semacam ini penting ditanamkan kepada
siswa agar ia bersikap terbuka terhadap pengetahuan-pengetahuan baru.
3.
Prinsip
CTL
a.
Belajar
berbasis masalah
b.
Belajar
berbasis proyek
c.
Pengajaran
autentik
d.
Belajar
berbasis inkuiri
e.
Belajar
berbasis kerja
f.
Belajar
kooperatif
g.
Belajar
jasa pelayanan
4.
Keunggulan
CTL
a.
Menumbuhkan
kemandirian dan kreatifitas
b.
Penilaian
terhadap pengalaman
c.
Mendidik
sifat belajar
d.
Transportasi
perilaku
B. Pembahasan
Penerapan Contekstual teaching learning dengan model pembelajaran
berbasis masalah (problem based learning) dapat dilakukan dalam mata pelajaran
akuntansi. Model pembelajaran berbasis masalah
adalah sebuah model pembelajaran yang dilakukan dengan adanya pemberian
rangsangan berupa masalah-masalah yang kemudian dilakukan pemecahan masalah
oleh siswa yang diharapkan dapat menambah keterampilan siswa dalam pencapaian
materi pembelajaran. Dalam hal ini kami akan membahas penerapan contekstual
teaching learning dengan model pembelajaran berbasis masalah dengan materi
akuntansi pendahuluan, yakni profesi akuntansi dan kode etiknya.
Guru
berperan sebagai media untuk tercapainya tujuan dalam teaching learning dengan model pembelajaran
berbasis masalah. Pada awalnya guru menjelaskan suatu materi kepada siswa,
kemudian memberikan contoh-contoh kasus yang ada dalam kehidupan sehari-hari
yang dikaitkan dengan profesi akuntansi dan kode etiknya. Dengan diberinya
kasus-kasus untuk dipecahkan dan dianalisa, akan merangsang anak untuk berpikir
bagaimana pemecahan kasus tersebut dan apa penyebab terjadinya kasus tersebut.
Kegiatan
pembelajaran
1.
Kegiatan Awal (10 menit)
Apresepsi :
-
Guru masuk mengucapkan salam kemudian
melakukan presensi (disiplin)
-
Guru mengajak semua siswa untuk mengawali
pelajaran dengan berdoa sesuai keyakinan masing-masing (Religius)
Motivasi :
-
Guru memberi motivasi, mengkondisikan siswa
untuk mengikuti pembelajaran dan menjelaskan tujuan pembelajaran
2.
Kegiatan Inti (60 menit)
Eksplorasi
-
Semua siswa diminta untuk membaca dan
memahami profesi akuntansi dan kode etiknya(demokratis)
-
Guru menjelaskan materi profesi akuntansi
(komunikatif)
-
Guru mengajak siswa bertanya jawab tentang
profesi dan akuntansi dan kode etiknya (komunikatif)
Elaborasi
-
Guru membentuk kelas menjadi beberapa
kelompok, kemudian memberi kasus untuk dipecahkan bersama dalam satu kelompok.
Setiap kelompok diberi kasus yang berbeda.
-
Menugaskan siswa untuk menulis dan
memperesentasikan hasil diskusinya didepan kelas, agar siswa yang lain juga
dapat memahami kasus kelompok yang lain.
Konfirmasi
-
Memberikan umpan positif dan penguatan dalam
bentuk lisan maupun hadiah terhadap
siswa (menghargai prestasi)
-
Memberi konfirmasi atas hasil diskusi melalui
berbagai sumber.
3.
Kegiatan Akhir (20 menit)
-
Bersama-sama mengajak siswa untuk membuat
rangkuman dan simpulan dari pelajaran
tersebut (tanggung jawab)
-
Melakukan penilaian dan refleksi terhadap
kegiatan yang sudah dilaksanakan (kerja keras dan jujur).
C. Penutup
PBL adalah suatu pendekatan yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai
suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan
keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan yang esensial
dari materi pelajaran. Pembelajaran berbasis masalah dirancang untuk merangsang
berpikir tingkat tinggi dalam situasi berorientasi pada masalah.
Pembelajaran berbasis masalah dikembangkan terutama untuk membantu
kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual dan belajar
menjadi pembelajar yang otonom. Keuntungan PBL adalah mendorong kerja sama
dalam menyelesaikan tugas. Pembelajaran berbasis masalah melibatkan siswa dalam
penyelidikan pilihannya sendiri, yang memungkinkan siswa menginterpretasikan
dunia nyata dan membangun pemahaman tentang fenomena tersebut.