twitter
rss


Pengaruh pergeseran kebijakan secara permanen akan berdampak pada 2 hal yaitu mempengaruhi nilai suatu instrumen kebijakan pemerintah dan juga mempengaruhi kurs dalam jangka panjang. Dampak yang kedua menjadifokus perhatian karena perubahan kurs jangka panjang akan mempengaruhi perkiraan atau harapan kurs dimasa mendatang. Karena perubahan perkiraan tersebut sanagt berpengaruh terhadap kurs jangka pendek yang tengah berlaku, maka akibat dari pergeseran kebijakan secara permanen akan sangat berbeda dengan dampak yang ditimbulkan oleh pergeseran kebijakan secara temporer.
Untuk memahami bagaimana dampak jangka panjang yang ditimbulkan adanya pergeseran kebijakan secara permanen, terlebih dulu kita harus mengasumsikan bahwa perekonomian pada awalnya berada pada posisi keseimbangan jangka panjang dan konsidi lainnya tetap(cateris paribus). Dengan asumsi yang demikian maka perekonomian pada awalnya berada pada kondisi full employment dengan kurs jangka panjang yang baik dan tidak disertai perubahan perkiraan kurs, selain itu ada satu hal lain yang perlu di ingat bahwa pada awalnya suku bunga domestik sama dengan suku bunga luar negeri(R=R*).
Kenaikan Penawaran Uang Secara Permanen







         
Kenaikan penawaran uang, meskipun bersifat temporer tetap saja mengakibatkan keseimbangan pasar aset bergeser ke atas. Tetapi jika kenaikan penawaran bersifat permanen maka hal ini tidak hanya membawa pengaruh terhadap keseimbangan pasar aset, tetapi juga akan mempengaruhi perkiraan kurs dimasa mendatang. Karena kenaikan penawaran secara permanen menyebabkan keseimbangan pasar aset bereser ke atas, maka hal ini akan mengakibatkan kenaikan kurs secara proporsional, dan karena hal inilah yang juga mengakibatkan perkiraan kurs dimasa mendatang meningkat secara proporsional.
Karena kenaikan penawaran yang bersifat permanen diiringi dengan kenaikan perkiraan kurs dimasa mendatang, maka pergeseran ke atas dari titik AA1 ke titik AA2 akan lebih besar dari pada pergeseran yang ditimbulkan oleh kenaikan yang sama besarnya namun hanya bersifat sementara. Pada titik keseimbangan yang baru, yaitu pada titik 2 kenaikan Y dan E lebih tinggi jika dibandingkan dengan kenaikan Y dan E yang berasal dari kenaikan penawaran uang yang bersifat temporer (titik 3).
Proses Penyesuaian Terhadap Kenaikan Penawaran Uang Secara Permanen
Kenaikan penawaran uang yang bersifat permanen, ternyata tidak diseimbangkan kembali oleh bank sentral, oleh karena itu, bagaimana dampaknya ke depan masih dipertanyakan. Pada kurva diatas, titik 2 merupakan titik keseimbangan di atas tingkat full employment yang berarti mesindan manusia bekerja lembur, tingkat harga akan terdorong karena para pekerja menuntut kenaikan upah dan para produsenpun akan menaikkan harga untuk menutupi peningkatan biaya produksi. Meski kenaikan penawaran uang akan sebanding dengan harga-arga nominal, namun hal ini tetap berpengaruh terhadap output. Adanya tekanan inflasi yang muncul setelah adanya kenaikan penawaran uang secara permanen akan mendorong tingkat harga menuju nilai jangka panjangnya yang baru dan mengembalikan perekonomian ke kondisi full employent.



Untuk memahami proses penyesuaian kembali pada kondisi full employment perhatikan kurva diatas. Bila kondisi output lebih besar dari pada tingkat full employment(YF), dan faktor-faktor produksi bekerja lembur, tingkat harga atau Pakan meningkat untuk mengimbangi peningkatan biaya produksi. Meskipun kurva AA dan DD di dasarkan pada asumsi bahwa tingkat harga selau konstan, bisa dilihat pada kurva diatas bahwa kenaikan harga(P) disebabkan oleh pergeseran kedua kurva itu. Kenaikan P akan membuat produk domestik relatif lebih mahal dari pada produk luar negeri sehingga hal ini akan melesukan ekspor dan lebih mendorong impor. Adanya kenaikan harga menyebabkan pergeseran kurva DD1,  dan karena hal ini kenaikan tingkat harga secara terus-menerus akan mengurangi permintaan uang riil sehingga keseimbangan AA2 juga akan bergeser ke kiri. Keseimbangan AA dan DD akan berhenti bergeser apabila sudah mencapai titik full emlployment(YF)  dengan catatan tingkat output yang terjadi berbeda dengan YF sehingga harga akan terus berubah dan mendorong keseimbangan pada titik 3. Meskipun keseimbangan tidak sepenuhnya bergeser ke posisi semula yang disebabkan E secara permanen sudah lebih tinggi setelah terjadinya kenaikan secara permanen dalam penawaran uang, persentase kenaikannya akan sebanding dengan persentase kenaikan penawaran uang.
Jika diperhatikan dengan seksama sepanjang jalur penyesuaian antara keseimbangan jangka pendek (pada titik 2) dan keseimbangan jangka panjang(titik 3), bisa dilihat mata uang dalam negeri mengalami apresiasi. Kondisi seperti in disebut dengan fenomena lonjakan kurs yakni tanggapan awal yang diberikan oleh kurs terhadap suatu perubahan lebih besar dari pada dampak jangka panjangnya.
Ekspansi Fiskal yang Permanen
Ekspansi fiskal yang permanen akan menimbulkan dampak langsung terhadap pasar output, dan juga akan mempengaruhi pasar aset melalui perkiraan kurs jangka pendek

           

Sebagai akibat adanya ekspansi fiskal yang permanen, perkiraan kurs akan berubah dan menyebabkan pergeseran dari AA1 ke AA2. Serta membuat DD1 bergeser ke kanan. Ha ini akan mempengaruhi output, jika perekonomian pada awalnya berada pada keseimbangan jangka panjangnya. Sedangkan ekspansi fiskal temporer yang sama besarnya dengan ekspansi fiskal permanen akan mendorong perekonomian menuju titik keseimbangan 3. Dari gambaran kurva diatas diketahui bahwa ekspansi fiskal sebenarnya tidak memi berikuberi pengaruh yang berarti terhadap output, dengan logika seperti berikut:
1.      Tahap pertama, karena ekspansi fiskal tidak mempengaruhi penawaran uang, maka tingkat hara jangka panjang tidak akan terpengaruh.
2.      Tahap kedua, adanya asumsi bahwa keadaan perekonomian pada awalnya adalah berada pada keseimbangan jangka panjang dimana suku bunga domestik akan sama dengan suku bunga luar negeri yang dibarengi dengan output yang sama dengan YF. Perlu juga diperhatikan bahwa ekspansi fiskal tidak akan mengubah penawaran uang riil baik secara numerik maupun relatif.
3.      Di misalkan output naik hingga melebihi kondisi full employment, karena dalam jangka pendek penawaran uang riil tidak mengalami perubahan sedangkan suku bunga domestik akan melampaui suku bunga luar negeri untuk mempertahankan keseimbangan dalam pasar uang. Sebagai akibat tidak berubahnya suku bunga luar negeri, maka setiap kenaikan output di atas full employment akan menimbulkan depresiasi di dalam negeri.
4.      Ada yang salah dari kesimpulan berikut: tingkat harga jangka panjang tidak terpengaruh oleh ekspansi fiskal, sehingga masyarakat akan memperkirakan terjadinya depresiasi nominal mata uang domestik yang erhubungan dengan adanya perubahan kebijakan tersebut apabila mata uang itu mengalami depresiasi riil seiring dengan kembalinya perekonomian ke titik keseimbangan jangka panjangnya. Depresiasi riil seperti ini, yang membuat produk-produk domestik relatif murah, hanya akan mempengaruhi kondisi over employment, dan hal ini pun akan menghambat kembalinya perekonomian ke kondisi full employment.
5.      Tahap terakhir, dapat disimpulkan bahwa kontradiksi yang muncul hanya akan teratasi jika tingkat output sama sekali tidak akan berubah setelah terjadinya perubahan kebijakan fiskal. Sehingga satu-satunya hal yang terjadi adalah apresiasi mata uang secara seketika menuju nilai jangka panjang terbaru .

Jadi, seandainya perekonomian yang bermula dari kondisi keseimbangan jangka panjang. Suatu perubahan permanen dalam kebijkaan fiskal pastinya tidak akan mempengaruhi output tetapi hal ini menimbulkan lonjakan kurs yang permanen secara seketika yang kemudian akan mengurangi dan mengimbangi dampak langsung yang ditimbulkan oleh perubahan kebijakan fiskal terhadap tingkat permintaan agregat. 

0 komentar:

Posting Komentar