twitter
rss


A.  Pendahuluan
1.      Pengertian CTL
Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan proses pembelajaran yang bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dengan mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan/ ketrampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya.
2.      Komponen CTL
a.       Konstruktivisme
Pembelajaran konstruktivisme menekankan terbangunnya pemahaman sendiri secara aktif, kreatif dan produktif berdasarkan pengetahuan terdahulu dan dari pengalaman belajar yang bermakna. Pengetahuan bukanlah serangkaian fakta, konsep dan kaidah yang siap dipraktekkan, melainkan harus dkonstruksi terlebih dahulu dan memberikan makna melalui pengalaman nyata. Karena itu siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan mengembangkan ide-ide yang ada pada dirinya.
b.      Bertanya
Bertanya dalam pembelajaran CTL dipandang sebagai upaya guru yang bisa mendorong siswa untuk mengetahui sesuatu, mengarahkan siswa untuk memperoleh informasi, sekaligus mengetahui perkembangan kemampuan berfikir siswa. Pada sisi lain, kenyataan menunjukkan bahwa pemerolehan pengetahuan seseorang selalu bermula dari bertanya.
c.       Inkuiri
Kegiatan ini diawali dari pengamatan terhadap fenomena, dilanjutkan dengan kegiatan-kegiatan bermakna untuk menghasilkan temuan yang diperoleh sendiri oleh siswa. Dengan demikian pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa tidak dari hasil mengingat seperangkat fakta, tetapi hasil menemukan sendiri dari fakta yang dihadapinya.
d.      Learning community
Komponen ini menyarankan bahwa hasil belajar sebaiknya diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Hasil belajar bisa diperoleh dengan sharing antar teman, antarkelompok, dan antara yang tahu kepada yang tidak tahu, baik di dalam maupun di luar kelas. Karena itu pembelajaran yang dikemas dalam diskusi kelompok dengan anggota heterogen dan jumlah yang bervariasi sangat mendukung komponen learning community.
e.       Pemodelan
Pembelajaran keterampilan dan pengetahuan tertentu diikuti dengan model yang bisa ditiru siswa. Model yang dimaksud bisa berupa pemberian contoh, misalnya cara mengoperasikan sesuatu, menunjukkan hasil karya, mempertontonkan suatu penampilan. Cara pembelajaran semacam ini akan lebih cepat dipahami siswa dari pada hanya bercerita atau memberikan penjelasan kepada siswa tanpa ditunjukkan modelnya atau contohnya.
f.       Penilaian yang autentik
Komponen yang merupakan ciri khusus dari pendekatan kontekstual adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran atau informasi tentang perkembangan pengalaman belajar siswa. Gambaran perkembangan pengalaman siswa ini perlu diketahui guru setiap saat agar bisa memastikan benar tidaknya proses belajar siswa. Dengan demikian, penilaian autentik diarahkan pada proses mengamati, menganalisis, dan menafsirkan data yang telah terkumpul ketika atau dalam proses pembelajaran siswa berlangsung, bukan semata-mata pada hasil pembelajaran.
g.      Refleksi
Dengan memikirkan apa yang baru saja dipelajari, menelaah, dan merespons semua kejadian, aktivitas, atau pengalaman yang terjadi dalam pembelajaran, bahkan memberikan masukan atau saran jika diperlukan, siswa akan menyadari bahwa pengetahuan yang baru diperolehnya merupakan pengayaan atau bahkan revisi dari pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Kesadaran semacam ini penting ditanamkan kepada siswa agar ia bersikap terbuka terhadap pengetahuan-pengetahuan baru.
3.      Prinsip CTL
a.       Belajar berbasis masalah
b.      Belajar berbasis proyek
c.       Pengajaran autentik
d.      Belajar berbasis inkuiri
e.       Belajar berbasis kerja
f.       Belajar kooperatif
g.      Belajar jasa pelayanan
4.      Keunggulan CTL
a.       Menumbuhkan kemandirian dan kreatifitas
b.      Penilaian terhadap pengalaman
c.       Mendidik sifat belajar
d.      Transportasi perilaku
B.  Pembahasan
Penerapan Contekstual teaching learning dengan model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) dapat dilakukan dalam mata pelajaran akuntansi. Model pembelajaran berbasis masalah adalah sebuah model pembelajaran yang dilakukan dengan adanya pemberian rangsangan berupa masalah-masalah yang kemudian dilakukan pemecahan masalah oleh siswa yang diharapkan dapat menambah keterampilan siswa dalam pencapaian materi pembelajaran. Dalam hal ini kami akan membahas penerapan contekstual teaching learning dengan model pembelajaran berbasis masalah dengan materi akuntansi pendahuluan, yakni profesi akuntansi dan kode etiknya.
Guru berperan sebagai media untuk tercapainya tujuan dalam teaching learning dengan model pembelajaran berbasis masalah. Pada awalnya guru menjelaskan suatu materi kepada siswa, kemudian memberikan contoh-contoh kasus yang ada dalam kehidupan sehari-hari yang dikaitkan dengan profesi akuntansi dan kode etiknya. Dengan diberinya kasus-kasus untuk dipecahkan dan dianalisa, akan merangsang anak untuk berpikir bagaimana pemecahan kasus tersebut dan apa penyebab terjadinya kasus tersebut.
Kegiatan pembelajaran
1.      Kegiatan Awal (10 menit)
Apresepsi :
-       Guru masuk mengucapkan salam kemudian melakukan presensi (disiplin)
-       Guru mengajak semua siswa untuk mengawali pelajaran dengan berdoa sesuai keyakinan masing-masing (Religius)
Motivasi :
-       Guru memberi motivasi, mengkondisikan siswa untuk mengikuti pembelajaran dan menjelaskan tujuan pembelajaran
2.    Kegiatan Inti (60 menit)
Eksplorasi
-       Semua siswa diminta untuk membaca dan memahami profesi akuntansi dan kode etiknya(demokratis)
-       Guru menjelaskan materi profesi akuntansi (komunikatif)
-       Guru mengajak siswa bertanya jawab tentang profesi dan akuntansi dan kode etiknya (komunikatif)
Elaborasi
-       Guru membentuk kelas menjadi beberapa kelompok, kemudian memberi kasus untuk dipecahkan bersama dalam satu kelompok. Setiap kelompok diberi kasus yang berbeda.
-       Menugaskan siswa untuk menulis dan memperesentasikan hasil diskusinya didepan kelas, agar siswa yang lain juga dapat memahami kasus kelompok yang lain.
Konfirmasi
-       Memberikan umpan positif dan penguatan dalam bentuk  lisan maupun hadiah terhadap siswa (menghargai prestasi)
-       Memberi konfirmasi atas hasil diskusi melalui berbagai sumber.
3.    Kegiatan Akhir (20 menit)
-       Bersama-sama mengajak siswa untuk membuat rangkuman  dan simpulan dari pelajaran tersebut (tanggung jawab)
-       Melakukan penilaian dan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan (kerja keras dan jujur).
C.  Penutup
PBL adalah suatu pendekatan yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan yang esensial dari materi pelajaran. Pembelajaran berbasis masalah dirancang untuk merangsang berpikir tingkat tinggi dalam situasi berorientasi pada masalah.
Pembelajaran berbasis masalah dikembangkan terutama untuk membantu kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual dan belajar menjadi pembelajar yang otonom. Keuntungan PBL adalah mendorong kerja sama dalam menyelesaikan tugas. Pembelajaran berbasis masalah melibatkan siswa dalam penyelidikan pilihannya sendiri, yang memungkinkan siswa menginterpretasikan dunia nyata dan membangun pemahaman tentang fenomena tersebut.


0 komentar:

Posting Komentar